Sejak beberapa
hari terakhir ancaman banjir terasa mengintai Jakarta. Namun, kemarin malam,
banjir sesungguhnya benar-benar datang dan mengepung ibu kota Jakarta. Dua dari
13 sungai yang melewati Jakarta meluap airnya. Sungai Ciliwung dan Sungai
Pesanggrahan tidak mampu lagi menampung debit air yang masuk akibat hujan lebat
yang melanda Puncak, Bogor, dan Jakarta. Banyak warga yang menjadi korban
meluapnya Sungai Ciliwung dan Sungai Pesanggrahan. Ketinggian air yang berkisar
antara 30 cm hingga 220 cm langsung masuk ke rumah-rumah warga, membuat banyak
warga harus meninggalkan rumah mereka.
Hal
yang perlu kita waspadai bersama adalah musim hujan ini baru mulai. Setidaknya
masih ada dua bulan ke depan yang intensitasnya akan semakin tinggi, sehingga
potensi banjir dan juga longsor semakin membahayakan. Kita semua harus bersiap
menghadapi kondisi yang terburuk. Paling utama yang harus menjadi perhatian
kita bersama adalah keselamatan jiwa dan kesehatan masyarakat. Kita harus bisa
mencegah jangan sampai masyarakat menjadi lebih menderita. Yang paling ditakuti
dari banjir adalah arus yang deras. Apalagi ketika saluran air yang ada tidak
tertutup dengan baik. Warga yang tidak berhati-hati bisa terperosok masuk ke
dalam lubang saluran air dan hanyut terbawa derasnya aliran air. Sebelum banjir
besar yang kemarin terjadi, kita menemukan dua warga tewas karena terbawa arus
deras banjir. Inilah yang seharusnya menjadi perhatian kita semua, bagaimana
kita menjadi keselamatan keluarga kita untuk tidak terbawa hanyut arus banjir. Yang
kedua harus kita perhatikan dari bencana banjir adalah kesehatan masyarakat.
Genangan air yang terjadi bisa menjadi tempat berkembangnya bibit penyakit. Di
tengah keterbatasan kondisi warga, maka daya tahan tubuh cenderung rendah.
Dinas
kesehatan dan Dinas Sosial harus lebih aktif membantu masyarakat, terutama yang
tinggal di tempat penampungan. Sanitasi dan dapur umum harus dipersiapkan lebih
baik, agar masyarakat tidak semakin terbebani. Perhatian ini tidak hanya
berlaku untuk Jakarta, tetapi seluruh daerah di Indonesia. Ancaman banjir
berlaku di seluruh Indonesia. Beberapa daerah dilaporkan menghadapi ancaman
banjir yang tidak kalah seperti apa yang dialami warga di Jakarta. Khusus untuk
warga di daerah, yang harus menjadi perhatian adalah ancaman longsor. Dengan
curah hujan yang tinggi, sementara vegetasi alam yang semakin terbatas, maka
anacaman longsor menjadi lebih meningkat. Kita lihat longsor yang terjadi di
Bojonggede, Bogor, sehingga menyebabkan putusnya rel kereta api. Sudah dua hari
ini perjalanan kereta api Bogor-Jakarta tidak bisa berjalan, karena terputusnya
rel kereta api di Bojonggede. PT Kereta Api Indonesia membutuhkan waktu beberapa
hari untuk memulihkan kondisi rel yang ada.
Secara umum, penyebab banjir di
DKI Jakarta terjadi akibat dua faktor utama, yakni; faktor alam dan faktor
manusia. Faktor alam karena lebih dari 40% kawasan di DKI Jakarta berada
dibawah permukaan air ketika laut pasang. Kondisi kian diperparah dengan kecilnya
kapasitas tampung sungai saat ini, dibanding limpasan (debit) air yang masuk ke
Jakarta. Kapasitas sungai dan saluran makro ini disebabkan karena konversi
badan air untuk perumahan, sedimentasi dan pembuangan sampah secara sembarangan
menjadi problematika yang mengayuti warga Ibukota. Karena itu integrasi Tata
Ruang dan Tata Air sangat dibutuhkan. Melalui Perencanaan Tata Ruang
Komprehensif berbasis ekologis menjadi harapan terbebasnya Jakarta dari banjir.
Pemerintah, Swasta dan Masyarakat pun pantas mengambil peran.
OPINI :
Penyebab banjir di DKI Jakarta
memang terjadi akibat 2 faktor tersebut yaitu factor alam dan factor manusia. Tetapi
akibat factor manusia sangat mempengaruhi sekali banjir di wilayah Jakarta. Sebaiknya
pemerintah bekerja sama dengan masyarakat
dengan membuang sampah tidak sembarangan, bagi yang membuang sembarangan dikenakan
denda, memperbanyak ruang buka hijau (taman), mengurangi pembangunan
proyek-proyek, dan menanam pohon agar bisa menampung resapan air.
Sumber: